Informasi Gunung Guntur

Gunung Guntur merupakan salah satu gunung berapi paling aktif pada dekade 1800-an. Tapi sejak itu aktifasinya mulai menurun. Erupsi Gunung Guntur pada umumnya disertai dengan lelehan lava, lapili dan objek material lainnya. Gunung Guntur terletak di wilayah barat Garut, Jawa Barat, dengan ketinggian 2.249 meter dpl.
Erupsi Gunung Guntur yang tercatat adalah pada tahun 1847, 1843, 1841, 1840, 1836, 1834-35, 1833, 1832, 1832, 1829, 1828, 1827, 1825, 1818, 1816, 1815, 1809, 1807, 1803, 1800, 1780, 1777, 1690.

1. Banyak basecamp dan tempat penitipan kendaraan yang nyaman di sekitar pos pendaftaran.

Bagi anda yang datang dari jauh dan membawa kendaraan pribadi, ada beberapa tempat penitipan kendaraan yang menyediakan berbagai fasilitas pendukung seperti balai-balai kecil tempat beristirahat, toilet, dan mushola. Dibandingkan dengan menitipkan kendaraan di pos pendaftaran yang seringkali sudah dipenuhi kendaraan pendaki lain (terutama jika sedang musim pendakian), saya rasa memilih basecamp seperti ini bisa memberikan banyak manfaat. Selain menitipkan kendaraan dengan aman, disini anda bisa lebih leluasa untuk bersantai dan beristirahat memulihkan tenaga, baik sebelum berangkat mendaki ataupun sebelum pulang kembali ke daerah asal. Harga yang harus dibayar pun cukup murah, kemarin saja saya hanya perlu membayar 10 ribu untuk biaya penitipan sepeda motor dan tambahan 5 ribu rupiah untuk fasilitas lainnya, padahal sebelum pulang saya beristirahat cukup lama di sana sambil menunggu hujan reda.

2. Tak ada lagi truk yang bisa ditumpangi pendaki hingga titik awal jalur pendakian (versi dulu).

Jalan kaki melewati jalur truk penambang pasir
Menurut pihak pengelola yang saya tanyai, beberapa waktu lalu pernah ada kejadian buruk dimana sebuah truk yang memuat terlalu banyak pendaki (overload) terguling di jalan terjal menuju trek pendakian. Kejadian ini kemudian memicu larangan truk-truk penambang untuk beroperasi lagi di sana, sekaligus menghentikan usaha penambangan yang telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu.

Efek positifnya tentu saja dengan berhentinya aktifitas penambangan, akan berdampak bagus bagi kesehatan lingkungan daerah sekitar lereng Gunung Guntur. Sedangkan efek buruknya, kita para pendaki mau tak mau harus memulai pendakian sejak dari pos pendaftaran melewati jalur jalan berbatu yang dulu biasa dilewati truk-truk pengangkut pasir. Jika beruntung seperti saya kemarin, cuaca yang agak mendung-mendung sedap tak membuat perjalanan melewati bekas penambangan pasir menjadi terlalu menyiksa. Kebayang jika mendaki saat cuaca sedang panas-panasnya, siap-siap saja membawa banyak air agar tak mati terserang dehidrasi saat berjalan melewati jalur tersebut yang panasnya mirip-mirip cuaca di gurun Nevada.

3. Jalur pendakian mengalami sedikit perubahan terutama di bagian awal trek.

Perubahannya cuma sedikit sih, seperti yang sudah dijelaskan di atas, di awal kita harus melewati jalur jalan berbatu melintasi daerah bekas penambangan pasir. Jika dulu kita mulai mendaki di bagian kiri sungai citiis (arah naik), kini kita bakal memulai dari bagian kanan, untuk kemudian nantinya menyebrang ke sisi sebelah kiri dengan jembatan bambu. Setelah itu, treknya kurang lebih sama saja dengan trek pendakian yang dulu, yakni melewati tanjakan terjal berbatu yang panjangnya minta ampun sebelum nantinya kita bakal keluar di sabana dekat pos 3 dimana basecamp volunteer dan sumber air berada. Jalur menuju puncak nampaknya tetap sama, enaknya kini jika mendaki ke puncak anda tak perlu lagi membawa banyak barang yang bisa ditinggalkan di basecamp volunteer setelah berkemah di pos 3.

4. Banyak warung-warung penjual makanan di sepanjang jalur dari pos pendaftaran hingga pos 3 (sumber air).

Istirahat sejenak di warung teduh
Perubahan lain yang bisa saya lihat adalah banyaknya warung-warung penjual makanan dan aneka minuman di sepanjang jalur awal terutama di wilayah yang sudah dekat dengan sungai citiis. Di satu lokasi bahkan ada juga penjual baso chuanki yang tentu saja menjadi menu jajanan mewah di tengah jalur pendakian gunung.

5. Batas akhir tempat berkemah hanya sampai di pos 3.

Tempat dengan permukaan tanah lumayan datar dipenuhi tenda pendaki
Untuk perubahan yang satu ini saya tak sempat bertanya kepada pihak pengelola tentang alasan mengapa kini mereka tak memperbolehkan para pendaki untuk berkemah di puncak. Namun menurut beberapa kawan, konon alasannya demi meminimalisir jumlah korban kecelakaan karena di Guntur ini memang sering terjadi kecelakaan yang menimbulkan korban, baik kecelakaan di jalur pendakian menuju puncak yang memang cukup ekstrim, ataupun kecelakaan di atas puncak sana (katanya banyak korban yang tersambar petir). Di pendakian dulu saja, saya melihat langsung 2 kejadian kecelakaan yang menimbulkan korban saat turun dengan tergesa-gesa di tanjakan yang curam. Beruntung korban hanya mendapat luka-luka luar yang tak terlalu fatal, sehingga dengan mudah bisa diobati.

6. Pendakian ke puncak hanya boleh dilakukan paling awal pukul 03.00 dinihari dan waspada pencuri!

Saat melapor di basecamp volunteer Pos 3 Gunung Guntur, perwakilan dari pihak volunteer menjelaskan beberapa informasi menarik, diantaranya start pendakian menuju ke puncak hanya diperbolehkan paling awal pukul 3 dini hari. Kemudian karena ancaman pencurian di gunung ini masih cukup tinggi, saat hendak mendaki ke puncak nanti, mereka menyarankan untuk menitipkan barang-barang penting di basecamp. Yups, untuk hal yang satu ini, ternyata Gunung Guntur masih sama, tetap rawan pencurian. Menurut informasi yang saya dapat, waktu rawan pencurian berkisar sekitar pukul 1 dinihari, saat para pendaki biasanya sedang sangat pulas beristirahat dalam tenda. Modus yang sering terjadi biasanya para pencuri merobek tenda dengan benda tajam seperti silet atau pisau, untuk kemudian mengambil barang berharga yang disimpan bagian disamping tenda. Maka dari itu, demi menghindari terjadinya pencurian, para volunteer menyarankan untuk tidur bergantian menyisakan orang yang terjaga untuk berjaga dan menyimpan benda berharga di bagian tengah tenda.

Komentar